Hai, terima kasih sudah berkunjung di Ky's Book Journal...
Alhamdulilah, terima kasih sekali kuucapkan untuk Mba Indah Hanaco yang memberikanku kesempatan untuk pertama kali mengadakan Blog Tour untuk buku terbarunya "Tuhan Untuk Jemima". Walau memang sempat ada salah paham dikit, akhirnya Blog Tour ini bisa terlaksana juga^^ Semoga berkenan ya, Mba...
Sejak mengenal Mba Indah Hanaco pertama kali waktu membaca "Mendua", aku benar-benar dibuat jatuh cinta dengan tulisannya. Dan aku begitu bahagia sekali, karena aku bisa lumayan bisa mengenal dirinya.
Nah, buat kamu yang belum pernah membaca bukunya, ada pepatah "Tak Kenal Maka Tak Sayang, simak yuk sedikit profil singkat tentang Indah Hanaco:
Indah Hanaco penyuka novel-novel historical romance. Tergila-gila pada segala hal yang berbau tahun 90-an. Juga sederet serial kriminal dan film-film romance. Mendadak mellow hanya karena gerimis. Kolektor majalah dan buku-buku resep yang jarang dimanfaatkan.
Fans sejati Michael Schumacher yang memilih berhenti menonton balapana Formula Satu begitu sang idola pensiun. Tidak bisa lepas dari kopi meski sangat tidak menyukai kopi.
Indah Hanaco pernah bekerja kantoran, tetapi benar-benar merasa menemukan "dunia" saat menjadi penulis. Cita-cita saat ini adalah pindah dan menetap di Yogyakarta, keliling Eropa serta menghabiskan sisa hidup untuk menulis.
Indah Hanaco telah menerbitkan 23 novel, beberapa buku anak dan parenting. Novel-novel yang telah terbit antara lain: Mendua
(GagasMedia), Black
Angel (Stiletto), Jungkir
Balik Dunia Mel (Bentang Belia), Loves
in Insa-Dong (Rumah Ide), Cinta
Tanpa Jeda (Bukune), The
Curse of Beauty (Rumah Kreasi), Love
Letter (Caesar), Everything
for You (Bentang Pustaka), Meragu
(Bukune), Cinta
4 Sisi (Grasindo),The
Vanilla Heart (Bentang Pustaka), Rainbow
of You (Grasindo),
Beautiful
Temptation (Bentang Pustaka), Run
to You (GagasMedia), Les
Masques (Grasindo), After
Sunset (Elex Media), Crazy
Little Thing Called Love (GPU), Stand by Me (Elex Media), Cinta
Sehangat Pagi (GPU), My Better Half (Elex Media), A Scent of Love in London (Elex Media), Tuhan Untuk Jemima (GPU) dan Heartling
(GPU).
Indah Hanaco bisa dihubungi melalui:
Facebook : Indah Hanaco
Mba Indah Hanaco termasuk salah satu penulis Indonesia yang cukup produktif, dalam waktu yang berdekatan mungkin kamu sering melihat karyanya yang terbit. Alhamdulilah, aku berkesempatan untuk mengajaknya berdiskusi tentang novel terbarunya ini via email (walau jujur kepengen banget pengen ketemu langsung).
Ini cuplikan wawancara singkatku dengan Indah Hanaco:
1. Hai, Mba Indah. Lagi sibuk apa
sekarang?
Halooo.
Aku lagi membereskan naskah novel sekaligus mematangkan ide untuk buku anak.
2. Boleh cerita sedikit bagaimana Mba
Indah mendapatkan inspirasi menulis “Tuhan Untuk Jemima”?
Idenya
dari kondisi beberapa kerabat yang dibesarkan di keluarga dengan agama yang
berbeda. Ada di antaranya yang “bingung” untuk memilih agama setelah dewasa.
Diberi kebebasan penuh ternyata tidak cukup mampu membuat mereka memantapkan
hati. Perjalanan spiritual berliku itu yang kemudian kurasa sangat cocok untuk
ditulis.
Cerita ini dikombinasikan dengan ide yang sudah lama
mengendap, tentang para aktivis Sea Shepherd yang berjuang menyelamatkan paus.
Awalnya tidak sengaja menonton film dokumenter berjudul Whale Wars dan Viking
Shores. Akhirnya malah jatuh cinta setengah mati. Buatku, perjuangan mereka sungguh
luar biasa. Andai mungkin, aku sangat ingin bergabung dengan organisasi itu dan
berkampanye dengan mereka.
3. Apakah sejak awal novel ini sudah
berjudul “Tuhan Untuk Jemima”? Ada kendala gak saat menulisnya?
Aku
adalah penulis yang mengenaskan kalau untuk urusan judul. Nyaris tidak ada
judul dariku yang disetujui editor. Tapi kali ini situasinya agak beda. “Tuhan
untuk Jemima” memang sudah menjadi judul awal dan langsung di-ACC editorku
tersayang. Aku bahkan lebih dulu menemukan judulnya belum mulai mencari ide
cerita.
Saat
menulis, nyaris tidak ada kendala. Mungkin agak repot karena aku harus mengecek
beberapa informasi dari novel “Cinta Sehangat Pagi”. Karena “Tuhan untuk
Jemima” adalah sekuelnya, aku harus lebih hati-hati. Jangan sampai ada keterangan
yang tidak sesuai dengan buku sebelumnya.
Juga
harus bolak-balik membuka setumpuk buku travel karena sebagian novel ini
mengambil seting di Selandia Baru, negeri impian yang ingin kukunjungi suatu
saat nanti. Jadi sebelum penulisnya ke sana, biarlah Jemima mencicipi negeri
berangin ini lebih dulu.
4. “Tuhan Untuk Jemima” khan bukan
karya pertama Mba Indah, dari semua novel yang pernah Mba Indah tulis mana sey
yang punya cerita khusus saat menulisnya atau ada gak novel Mba Indah yang
paling favorit?
Semua ada
cerita khusus. Tapi memang ada karya tertentu yang begitu dekat dengan hatiku
dan punya keterikatan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
“Cinta Tanpa Jeda”, karena kisah pelecehan seksual yang dialami tokoh utamanya berdasarkan kisah nyata.
“Black Angel”, karena pertama kalinya aku menulis jenis kehidupan yang mengejutkan hasil “kuliah” ratusan jam dari serial CSI.
“Meragu”, ide awalnya sudah mengendap sepuluh tahun. Tokoh utamanya, Leon, kutulis berdasarkan kecintaanku pada Tao Ming She.
“Cinta 4 Sisi”, karena novel ini bisa kuselesaikan dalam waktu 9 hari. Dan karena ide
awalnya menyambar hanya setelah menonton adegan makan siang antara Sandra
Bullock dan Hugh Grant di film “Two Weeks Notice”.
“Beautiful
Temptation”, karena mengambil seting penuh di kampung halamanku,
Pematangsiantar. Aku juga cinta luar biasa pada nama dan tokoh utamanya,
Tristan.
“Run to
You”, novel yang kutulis dengan penuh perasaan. Ini kali pertama aku
menggunakan “soundtrack” saat menulis. Tiap kali mendengar lagu “Kau Ada di
Mana” dari Atiek CB, aku langsung terlempar kembali pada saat menulis kisah
Jenna dan Melvin ini.
“Stand
by Me”, karena aku sangat ingin mengalami kisah seperti Mya dan Ralph. Sayang,
tidak kesampaian.
“Cinta
Sehangat Pagi”, karena ada penggalan kisahku di novel ini. Selma yang kadang
“dilecehkan” karena pilihan busana atau warna rambut, dipetik dari
pengalamanku. Karena wajahku yang dianggap “tidak islami”, aku berkali-kali
menghadapi keheranan atau pertanyaan orang-orang saat mereka tahu agama yang
kuanut.
“My
Better Half”, karena hatiku selalu hangat tiap kali mengingat cinta yang
melibatkan Kendra dan Maxim. Ini novel pertama yang kutulis didasari kegilaan
baru pada reality show.
“A
Scent of Love in London”, karena ini kali pertama aku serius menggarap naskah
dengan seting luar negeri. Novel ini punya keterikatan emosi yang kental
denganku. Saat menulisnya, aku benar-benar “tersedot” ke London, tempat kisah
ini bergulir. Ada dua hari penuh di mana aku tidak sanggup meninggalkan laptop
dan hanya menulis cerita Ivana dan Hugh. Novel ini menguras energiku dengan
cara yang positif. Saat naskahnya selesai, aku butuh libur berhari-hati untuk
mengembalikan energi.
“Tuhan
untuk Jemima”, karena aku akhirnya bisa menulis detail tentang kehidupan para
aktivis paus di luar sana. Bagiku, ini kisah yang beda sekaligus istimewa.
“Heartling”,
karena novel ini mengangkat sisi kelam akibat dari perkosaan. Aku benci melihat
banyak perempuan dieksploitasi dan direndahkan. Aku juga mau bilang, korban
perkosaan tidak pernah menjalani hidup dengan mudah. Mereka dikelilingi trauma
yang siap membinasakan kebahagiaan untuk selamanya. Perkosaan bukan tentang
seks, melainkan tentang dominasi dan kekuasaan.
5. Siapa inspirasi terbesar Mba Indah
saat menulis novel?
Sidney
Sheldon. Beliau yang bikin aku kepengin nulis lagi setelah 13 tahun hiatus.
Sampai saat ini, belum menemukan penulis dengan plot luar biasa seperti Mr.
Sheldon
6. Mba Indah khan cukup produktif saat
menulis novel, dalam 1 tahun bisa beberapa novel terbit. Boleh tahu gak,
rahasianya bisa tetap menulis yang produktif?
Tidak
ada rahasia atau mantra khusus. Aku cuma berusaha konsisten dan menulis tiap
hari. Kadang naskahku ditolak atau harus dibongkar dan direvisi. Aku menghadapi
semuanya dengan santai. Meski jujur, dulu aku menanggapi dua hal itu dengan
panik. Sekarang, jika ditolak aku segera mengirimkan naskah itu ke penerbit
lain. Jika harus merevisi, aku tidak pernah mengerjakannya lebih dari dua hari.
Kecuali ada plot yang harus diubah atau karakter yang harus dibongkar. Mungkin
butuh waktu lebih lama.
Intinya,
sekarang aku benar-benar menganggap kalau waktu sangat berharga. Aku pernah
membuang waktuku selama 13 tahun begitu saja. Kini aku tidak mau mengulanginya.
Sebenarnya
aku tidak lebih produktif dari penulis lain. Mungkin aku cuma lebih mencintai
dunia menulis dan terlalu keras kepala untuk menyerah. Detlen, kritik, atau
penolakan tidak mampu membuatku kapok menulis. Ini duniaku, meski mungkin aku
menemukannya terlambat. Sejak tiga tahun terakhir ini aku baru tahu kalau aku
ternyata orang yang gigih dan pantang menyerah. Semua itu karena menulis.
7. Bagaimana Mba Indah mempromosikan
novel-novel Mba Indah yang kadang-kadang terbitnya berdekatan? Ada strategi
khusus kah?
Aku
tidak punya strategi khusus. Aku hanya berpromo di akun sosial media yang
kupunya atau memasang stiker bergambar kover novelku di kaca belakang mobil.
Ada teman yang dengan baik hati membuatkan book
trailer. Dan baru kali ini aku menjajal blog
tour.
Ketika
ada dua novel yang terbit dengan jarak berdekatan, disyukuri saja. Tidak semua
penulis punya kesempatan seperti itu. Aku berusaha selalu melihat dengan
kacamata positif.Aku
juga tidak mau ribet karena urusan angka penjualan dan kekhawatiran lain yang
di luar kuasaku. Bukan karena tidak peduli, tapi urusan seperti itu benar-benar
hak prerogatifnya Tuhan. Aku cuma harus
berusaha maksimal di area yang memang mampu kulakukan.
Fokus
utamaku adalah menulis sebaik mungkin, sesuai kemampuanku. Tidak pernah punya
ambisi tertentu. Tujuanku menulis adalah membahagiakan pembaca. Dan orang
pertama yang wajib kubuat bahagia adalah diriku sendiri. Jika sebuah naskah
tidak bisa membuatku nyaman dan hepi, maka pasti ada yang salah dengan naskah
itu. Ketika seorang penulis bahagia dengan buah karyanya, maka pesannya akan
sampai kepada pembaca. Mereka akan merasakan hal yang sama. Makanya, hal
terpenting buatku adalah menulis dengan hati. Dengan ikhlas. Dengan cinta.
8. Mba Indah pernah gak merasakan
namanya “blank idea” buat menulis? Bagaimana caranya selama ini Mba Indah
menemukan ide-ide tulisannya?
Duluuuuuu
aku pernah mengalami hal itu. Hingga aku mengikuti sebuah kursus menulis online bertahun silam. Oleh guru
menulisku, aku diminta untuk memerah ide. Karena tidak selamanya ide berbaik
hati menyapa dan menyodorkan dirinya di meja persembahan untuk penulis.
Sejak
itu, aku mulai rajin berburu ide. Karena terus diasah, ide bukan lagi menjadi
hal keramat. Aku punya buku ide yang isinya belum terealisasi semua.
Sekarang
ide bisa datang kapan saja. Saat membaca, aku kadang menemukan potongan dialog
yang menjadi ide. Saat menonton film, aku sering terpesona hanya karena
sepotong adegan.
Sekadar
contoh, aku lumayan suka dengan Boyzone. Personel favoritku bukan Ronan
Keating, melainkan Keith Duffy. Aslinya, ada celah di gigi depan Keith. Kalau
tidak salah, istilahnya diastema. Ini akhirnya jadi ide untuk novelku, tapi
belum terbit.
Intinya, hal-hal sederhana pun bisa dijadikan ide cerita. Tidak usah terjebak
pada pemikiran bahwa ide novel itu harus “wah” dan “antimainstream”. Pada
dasarnya, hidup ini memang mainstream, kok. Kecuali hidupnya Benjamin Button J
9. Apa yang ingin Mba Indah sampaikan
kepada pembaca saat menulis “Tuhan Untuk Jemima”?
Aku
cuma mau bilang, pada akhirnya tiap manusia akan merindukan Tuhan sebagai
tempatnya bersandar. Hati yang kosong tidak akan menemukan makna bahagia.
Aku
juga mau bilang, orang-orang yang berjuang untuk mempertahankan kelangsungan
hidup salah satu makhluk ciptaan Tuhan, pantas mendapat respek dari kita.
Mereka benar-benar mempertaruhkan nyawa secara harfiah.
Hidayah
itu bisa datang dari mana saja. Ketika Tuhan memutuskan untuk meniupkan iman di
dada seseorang, tidak ada yang bisa mencegahnya. Seperti Kenneth, si ateis,
yang mendapatkan keteguhan hati saat melihat sahabatnya beribadah di antara
keindahan pohon rimu. Atau Jemima yang mendapat tamu istimewa di saat sedang
bertarung antara hidup dan mati. Hal-hal seperti itu bisa dan sering terjadi di
sekitar kita.
Satu
lagi, kalam Tuhan dan sabda Rasul-Nya, tidak bertentangan dengan sains. Sains
malah membenarkan apa yang sudah diberitahukan Tuhan kepada hamba-Nya. Ada
beberapa bagian yang kutuliskan di sini, untuk memenuhi sisi idealismeku.
10. Pertanyaan terakhir, bocoran dikit
dunk ada beberapa novel lagi yang akan terbit?
Ada beberapa,
tapi aku belum tahu apakah semua akan terbit tahun ini atau malah tahun depan. Jadi,
aku cuma bisa menunggu dengan hati berdebar. Tidak rewel bertanya kepada editor
meski ada naskahku yang sudah berbilang tahun ada di tangan editor.
Aku selalu
percaya, waktu yang dipilih Tuhan adalah waktu yang terbaik.
Nah, sekian wawancara singkatku dengan Mba Indah Hanaco. Ah, aku ikut bangga banget dengan produktivitasnya. Terima kasih banyak, Mba Indah Hanaco untuk waktunya dan sukses terus menulisnya. Kutunggu selalu karya terbarumu...