![]() |
Judul Buku : Mimpi Kecil Tita Penulis : Desi Puspitasari Penerbit : Republika Tebal : 267 Halaman Terbit : April 2017 |
”Tita enggak tega bayangin Simbah harus jalan kaki saat pergi ke surga.” Suara Tita bergetar.
”Terus?”
”Terus... terus....” Tita kembali berpikir sementara waktu. ”Terus... yang Tita ingin lakukan sekarang cuma membuat Simbah bahagia saja. Titik.”
***
Di usianya yang masih sangat belia, Tita harus kehilangan bapaknya. Absennya sang pencari nafkah utama membuat sulit kehidupan Tita dan ibunya di Jakarta. Keluarga besar menyarankan agar keduanya pindah ke Kulon Progo, demi memupus kesepian dan memangkas biaya hidup. Mereka manut. Tapi ternyata kesulitan hidup tak berhenti sampai di situ.
Rasa kehilangan yang teramat dalam telah tertanam dalam hati ibu Tita. Hingga akhirnya sang ibu meninggalkan Tita sendirian, hidup berdua hanya dengan Simbah Ti.
Laiknya bocah perempuan yang beranjak dewasa, terkadang Tita menyusahkan Simbah dan membuat orang tuanya itu terkena omelan para tetangga. Tita sadar bahwa ia hanya menyusahkan Simbah Ti di usianya yang sudah sangat tua. Maka, untuk membahagiakan Simbah, Tita bermimpi dan berusaha sekuat tenaga untuk mengabulkan satu permohonan Simbah, meski itu harus mengorek kembali luka masa lalunya sendiri.
--------------------------
"Bagaimana rasanya tinggal di desa? Hidup bersama Simbah? Bila Jakarta saat ini bernuansa kesedihan, apakah Kulon Progo akan ganti memberi mereka kebahagiaan?" (Hal. 4)
Hidup Tita berubah seketika. Bapaknya, sang pencari nafkah ditemukan meninggal dunia di tempat kerja. Pekerjaan bapaknya sebagai buruh bangunan tentu saja penuh risiko. Akhirnya, Tita dan ibunya pun memutuskan untuk pulang kampung ke Kulon Progo ke tempat Simbah.
Tita yang selama ini lahir dan besar di Jakarta pun berharap dia bisa beradaptasi di kampung Simbah. Yang terpenting baginya, Tita masih punya ibunya. Namun, sejak kepergian Bapak, ibu Tita berubah. Ibu Tita sibuk dengan kesedihannya. Tidak ada lagi kehangatan dan pelukan hangat untuk Tita. Ibu Tita terlalu larut dengan kesedihannya akan kehilangan Bapak, sehingga membuat dia lama kelamaan seperti orang depresi.
Kelakuan Ibu Tita pun semakin lama semakin mengkhawatirkan. Bahkan Ibu Tita sering ditemukan sedang memarahi anak-anak kampung yang dianggapnya mengganggu. Hal ini membuat Ibu Tita sering diolok-olok oleh anak-anak kampung sebagai 'Suminten', perempuan yang gila.
Tita tentu saja sedih melihat ibunya seperti itu. Tapi apa yang bisa diperbuat Tita? Tita hanyalah gadis kecil yang tidak mengerti dunia orang dewasa.
Belum lagi kesedihan akan kehilangan Bapak, suatu hari Tita pun harus dikejutkan dengan kepergian Ibunya. Ibunya meninggal dalam kesedihannya. Tita pun menjadi yatim piatu dan hanya punya Simbah saja.
"Kehidupan ini akan terus berjalan bagaimana pun keadaanmu. Kamu bersedih atau sedang merasa gembira, matahari tetap akan terbit dari timur dan tenggelam di barat. Segala sesuatunya sudah ditetapkan; menyenangkan atau tidak, baik atau buruk. Tugas manusia hanyalah menjalani hidup sebaik-baiknya." (Hal. 18)
Dimulailah kehidupan Tita selanjutnya. Walau dia dan Simbah hidup serba kekurangan, harus bekerja keras untuk mendapatkan uang untuk hidup dan biaya sekolah, tetapi Tita tetap bahagia. Sayangnya, di sekolah Tita sering mendapatkan perlakuan buruk oleh teman-temannya, terutama Daya yang selalu mengolok-oloknya. Guru-guru yang seharusnya menjadi panutan pun tak sanggup untuk menolongnya.
Puncaknya, ketika Tita sama sekali tidak bisa membayar uang kurban di sekolahnya, padahal uang itu dikumpulkan oleh Simbah dengan kerja keras. Uangnya hilang karena kecerobohan Tita.
Tita seperti layaknya anak seusianya tak sanggup untuk mengatakan sejujurnya uangnya hilang, malah mengatakan sebaliknya tentang Bu Rusdi, gurunya yang tidak mencatat pembayaran Tita. Hal ini semua malah membuat Simbah makin diomeli oleh Bu Rusdi karena dianggap menuduhnya macam-macam. Tita pun menyesal karena telah membuat Simbah makin sedih saja.
"Tidak ada yang perlu disesali dalam hidup kita, Nduk. Baik atau buruk, lebih atau kurang, bahagia dan juga derita harus kita terima dengan lapang dada. Bersabar sambil terus tekun bekerja akan jauh lebih baik ketimbang hanya mengeluh tanpa bertindak apa-apa." (Hal.32)
Waktu pun berlalu, Tita pun semakin beranjak dewasa. Tetap saja Tita masih sering melakukan kesalahan yang membuat dia bahkan Simbah sering diomeli tetangga. Tetapi, bagi Tita itu semua tidak ada artinya asalkan Simbah bahagia. Suatu hari, Tita mendengar impian Simbah. Tita pun harus berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan impian Simbah, berhasil kah Tita?
Membaca Mimpi Kecil Tita ini sungguh mengaduk emosiku. Sulit rasanya membayangkan kehidupan Tita yang tidak mudah. Kehilangan demi kehilangan dalam hidupnya, cibiran dari lingkungan sekitarnya hingga hidup yang penuh perjuangan.
Di usianya yang relatif masih muda, Tita dituntut untuk bersikap dewasa, menerima takdir akan kehilangan kedua orang tuanya dan menerima nasib harus tinggal bersama Simbah saja. Ada kalanya Tita kangen dan mengingat kedua orang tuanya, tetapi dia berusaha tegar di hadapan Simbah karena tidak ingin membuat Simbah bersedih.
Ada banyak momen-momen mengharukan dalam novel ini, salah satunya saat Tita kehilangan uang yang seharusnya dibayar untuk cicilan kurban di sekolahnya. Karena kecerobohannya, dia malah kehilangan uang yang susah payah dikumpulkan Simbah. Tita yang terlalu takut melihat Simbahnya bersedih, sehingga nekat berbohong.
Tita tampil sebagai anak yang tegar dan pantang menyerah. Tita yang berusaha membahagiakan Simbah, membuatku terharu sekali. Apalagi saat-saat menjelang ending saat Tita dibantu Mas Doni, berusaha mewujudkan impian Simbah. Aku dibuat deg-degan loh sebuah impian kecil yang mungkin bagi sebagian orang terasa mudah, tetapi tidak bagi Tita dan keluarganya.
Membaca kisah Tita membuatku belajar banyak hal, terutama dari sosok Simbah yang bijaksana. Kamu akan menemukan banyak hal selama membaca kisah hidup Tita, tentang rasa syukur, sabar, ikhlas menerima takdir hingga pantang menyerah dalam mewujudkan impian.
Membaca Mimpi Kecil Tita ini sungguh mengaduk emosiku. Sulit rasanya membayangkan kehidupan Tita yang tidak mudah. Kehilangan demi kehilangan dalam hidupnya, cibiran dari lingkungan sekitarnya hingga hidup yang penuh perjuangan.
Di usianya yang relatif masih muda, Tita dituntut untuk bersikap dewasa, menerima takdir akan kehilangan kedua orang tuanya dan menerima nasib harus tinggal bersama Simbah saja. Ada kalanya Tita kangen dan mengingat kedua orang tuanya, tetapi dia berusaha tegar di hadapan Simbah karena tidak ingin membuat Simbah bersedih.
Ada banyak momen-momen mengharukan dalam novel ini, salah satunya saat Tita kehilangan uang yang seharusnya dibayar untuk cicilan kurban di sekolahnya. Karena kecerobohannya, dia malah kehilangan uang yang susah payah dikumpulkan Simbah. Tita yang terlalu takut melihat Simbahnya bersedih, sehingga nekat berbohong.
Tita tampil sebagai anak yang tegar dan pantang menyerah. Tita yang berusaha membahagiakan Simbah, membuatku terharu sekali. Apalagi saat-saat menjelang ending saat Tita dibantu Mas Doni, berusaha mewujudkan impian Simbah. Aku dibuat deg-degan loh sebuah impian kecil yang mungkin bagi sebagian orang terasa mudah, tetapi tidak bagi Tita dan keluarganya.
Membaca kisah Tita membuatku belajar banyak hal, terutama dari sosok Simbah yang bijaksana. Kamu akan menemukan banyak hal selama membaca kisah hidup Tita, tentang rasa syukur, sabar, ikhlas menerima takdir hingga pantang menyerah dalam mewujudkan impian.
-------------------GIVEAWAY TIME-------------------
Aku punya 2 eks gratis Mimpi Kecil Tita untuk kamu yang beruntung. Caranya:
1. Peserta memiliki alamat pengiriman di Indonesia.
2. Follow salah satu media sosial kami:
- twitter @RizkyMirgawati @puspitadesi dan @bukurepublika share info GA ini dengan mention kami sertakan hastag #MimpiKecilTita
3. Follow blog ini via GFC, Google+ atau email
4. Jawab pertanyaan di kolom komentar dengan format nama, akun twitter, link share , kota tempat tinggal dan jawabanmu:
Share yuk apa impianmu yang saat ini pengen banget kamu raih?
5. Giveaway ini akan berlangsung mulai hari ini sampai tanggal 1 Juni 2017.